Makalah - Identifikasi Masalah Gangguan Produksi Koveksi Tas
Identifikasi
Masalah Gangguan Produksi
Konveksi Tas ‘CALISTA’
Alamat
: Desa Kejene RT. 25 RW. 02 Kec. Randudongkal – Pemalang
STIE MAHARDHIKA SURABAYA
Mata
Kuliah Akuntansi Biaya
Dosen :
Oleh :
A .
Musyaffa NIM. 14210872
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB l - PENDAHULUAN
-
Latar Belakang
-
Tujuan
BAB ll – ISI
a. Sejarah
Singkat
b. Landasan
teori
Ø Konveksi
Tas di Indonesia
Ø Permasalahan
Yang Dihadapi Konveksi di Indonesia
c. Rumusan
Masalah
d. Pembahasan
Ø Proses
Produksi Tas di Konveksi CALISTA
Ø Urutan
Proses Produksi
BAB lll - PENUTUP
-
Kesimpulan
-
Saran
-
Daftar Pustaka
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT, Berkat
rahmat dan hidayahnya maka dapat tersusun proposal ini yang merupakan tugas
akhir semester mata kuliah Akuntansi Biaya dengan lancar dan dapat selesai
sesuai target.
Saya
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran
penyusunan proposal ini, kepada Bapak Romadhoni dan teman-teman di konveksi
CALISTA, teman-teman kelas Manajemen B, terima kasih atas saran dan masukan, terima kasih atas
diskusi-diskusinya, terima kasih atas segala bantuanya. Saya menyadari dengan
sepenuhnya bahwa proposal ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh sebab itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang
nantinya akan menjadi bahan masukan untuk saya, untuk kedepanya agar menjadi
acuan saya dalam penyusunan proposal lain agar lebih baik lagi.
Terima
Kasih,
Sidoarjo,
Desember 2015
Penyusun
BAB
l
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Seiring
berjalanya waktu dan semakin maju pesatnya mode khususnya pernak-pernik fashion
untuk Wanita, tidak dapat diabaikan begitu saja peluang untuk menciptakan salah
satu pernak-pernik atau aksesoris untuk Wanita yang kebetulan ada di depan
mata. Melihat terbukanya peluang tersebut Bapak Romadhoni akhirnya memutuskan
untuk memproduksi salah satu dari
aksesoris Wanita tersebut yaitu TAS sebagai pelengkap fashion kaum hawa ini.
Usaha
konveksi tas Bapak Romadhoni ini terbilang masih cukup baru dijalankan yaitu
baru memulai usaha tersebut pada medio 2012 yang lalu, dengan produk utama Tas
wanita tersebut Bapak Romadhoni berhasil meraup penghasilan yang sangat
signifikan, pada awal berjalanya usaha ini beliau hanya mempunyai dua orang
anak buah (tukang jahit tas) dengan dua mesin, sekarang ini usahanya sudah
berkembang dengan mempekerjakan 10 orang tukang dengan 10 mesin, itu diluar
satu orang tenaga potong dan satu orang lagi sebagai tenaga gambar dan pembuat
pola tas.
Kendala
yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah lambatnya penyelesaian pesanan barang,
bisa dibilang terkendala karena lambatnya proses produksi dari tas-tas
tersebut, sementara pesanan semakin lama semakin banyak dan menumpuk karena banyak
pesanan yang selesai melebihi target yang ditentukan, alias waktu pengerjaan
yang molor, sehingga banyak komplain
dari pemesan. Dikhawatirrkan jika keadaan terus begini maka konsumen atau
pemesan atas tas-tas tersebut akan membatalkan pesanan atau mungkin akan
berpindah ke tempat lain.
TUJUAN
Tujuan
dari penyusunan proposal ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi
permasalahan apa sebenarnya yang terjadi di perusahaan konveksi Bapak
Romadhoni, mencari tahu penyebab dari lambatnya proses produksi tas. Diharapkan
nantinya setelah ketemu apa permasalahan
tersebut maka dapat diambil langkah tepat atas penyelesaian dari permasalahan
yang terjadi, dan proses produksi dapat selesai sesuai target yang diinginkan.
Dan juga memberikan saran kepada pembaca umumnya serta kepada Bapak Romadhoni
khususnya perihal penyelesaian persoalan yang ada, saran disini adalah saran
dari perspektif atau versi penulis. Nantinya penulis memberikan saran atau
masukan setelah penulis melihat langsung kondisi di lapangan juga setelah
melakukan mungkin penelitian langsung atau wawancara langsung dengan beberapa
orang yang terkait dengan penulisan makalah / proposal ini
BAB
ll
ISI
a.
Sejarah
Singkat
Bapak Romadhoni adalah seorang pengusaha
yang jeli melihat peluang usaha, melihat semakin berkembangnya dunia mode khususnya mode untuk kaum hawa (wanita)
beliau lantas memberanikan diri untuk membuka usaha konveksi tas, yang menjadi
kebutuhan para wanita, usaha ini sendiri mulai berjalan pada tahun 2012 lalu
dengan modal awal pada waktu itu sebesar (menurut pengakuanya) Rp. 10.000.000,-
. dengan modal sebesar itu lalu beliau memberanikan untuk memulai usahanya,
saat itu hanya dapat membeli 2 unit mesin jahit manual dengan kondisi bekas
atau second hand, sisa dari pembelian mesin dibuat untuk belanja kebutuhan
jahit seperti bahan, benang, dan aksesoris perlengkapan tas lainya.
Dengan
segala upaya dan kerja keras tanpa lelah sampai dengan saat ini, Bapak
Romadhoni akhirnya bisa bertahan dan mempertahankan usaha konveksi tas wanita
nya tersebut, pesanan selalu datang tidak pernah sepi, yang paling ramai
menurut pengakuanya adalah pesanan dari Kalimantan, ada beberapa pelanggannya
yang dari Kalimantan rutin memesan barang (tas) di konveksinya. Produk tas dari
konveksi ini diberi label CALISTAuntuk setiap produknya, CALISTA sekaligus
menjadi brand untuk produk tas dan aksesoris lainya yang diproduksi di
konveksinya.
Dengan
menempati sebuah rumah di Desa Kejene RT 08 RW 02 Randudongkal – Pemalang ,
yang digunakan sebagai tempat usahanya, perlahan tapi pasti terus CALISTA
berkembang, dari yang walnya hanya
mempekerjakan 2 orang karyawan (tukang jahit) sampai saat ini sudah bertambah
menjadi 30 tukang jahit, dari yang awalnya hanya memproduksi satu macam (jenis)
tas saja saat ini sudah bisa memeproduksi bermacam varian tas dan juga dompet
untuk kebutuhan fashion wanita masa kini.
Daftar Organisasi Perusahaan Konveksi
CALISTA
No
|
Nama
|
Jabatan
|
01
|
Romadhoni
|
Pemilik
Perusahaan
|
02
|
Mifrohah
|
Kabag
Keuangan
|
03
|
Naura
|
Kabag
Marketing
|
04
|
Rifai
|
Marketing
|
05
|
Sahudi
|
Quality
Control
|
06
|
Dahori
|
Quality
Control
|
07
|
Suaedi
|
Desainer
|
08
|
Sulistyowati
|
Desainer
|
09
|
Indah
Ratnawati
|
Desainer
|
10
|
Ernawati
|
Kepala
Kerja/Mandor
|
11
|
Firdaus
|
Penjahit
|
12
|
Faizin
|
Penjahit
|
13
|
Humaidi
|
Penjahit
|
14
|
Muttaqin
|
Penjahit
|
15
|
Agus
Sukendar
|
Penjahit
|
16
|
Erwin
Kurnia
|
Penjahit
|
17
|
Dahori
|
Penjahit
|
18
|
Abdul
wahab
|
Penjahit
|
19
|
Inayah
|
Penjahit
|
20
|
Wahyuni
Desi S
|
Penjahit
|
21
|
Imam
Nurohman
|
Penjahit
|
22
|
Naim
|
Penjahit
|
23
|
Erfan
Marsudi
|
Penjahit
|
24
|
Aris
Supriyadi
|
Penjahit
|
25
|
Warsono
|
Penjahit
|
26
|
Mujahid
|
Penjahit
|
27
|
Maftuhah
|
Penjahit
|
28
|
Hamidah
|
Penjahit
|
29
|
Munawir
|
Penjahit
|
30
|
Basiroh
|
Penjahit
|
31
|
Nuridin
|
Penjahit
|
32
|
Tamimi
|
Penjahit
|
33
|
Teguh
Priyoto
|
Penjahit
|
34
|
Masruri
|
Penjahit
|
35
|
Sulhan
|
Penjahit
|
36
|
Fadholi
|
Penjahit
|
37
|
Sidik
|
Penjahit
|
b.
Landasan
Teori
Konveksi Tas di Indonesia
Tidak
ada data pasti kapan awalnya usaha konveksi tas masuk ke Indonesia, yang jelas
sampai saat ini banyak daerah yang menjadi sentra dari produk konveksi tas
khususnya tas wanita, di Jawa barat ada kota Bandung yang juga merupakan pusat
mode, dikatakan pusat mode karena di Bandung banyak sekali konveksi bukan hanya
tas tapi juga pakaian yang produknya sudah menyebar di pusat-pusat perbelanjaan
di kota-kota besar di Indonesia. Di Jawa Timur ada Sidoarjo yang juga merupakan
sentra dari konveksi tas, tepatnya di daerah Tanggulangin, selain produk tas di
sentra konveksi Tanggulangin juga banyak diproduksi aksesoris-aksesoris lain
seperti dompet, ikat pinggang dan lain sebagainya.
Hampir
tiap orang memiliki sebuah tas. Tas selain sebagai aksesoris, fungsi dasar
sebuah tas adalah untuk membawa barang-barang / peralatan pribadi. Jika
seseorang hendak berangkat kerja menggunakan tas kerja, berangkat ke gym menggunakan tas olahraga / gym, berangkat ke sekolah menggunakan
tas sekolah & sebagainya. Perbandingan konveksi tas di indonesia dengan
konveksi pakaian cukup seimbang. Dulu konveksi tas hampir jarang ditemukan
dalam sebuah wilayah tertentu.
Kini
seiringnya berkembangnya jaman, kebutuhan tas makin meningkat. Banyaknya
produk-produk elektronik murah yang terdapat di pasaran. Dulu, pengguna laptop
/ netbook terbatas hanya untuk
kalangan eksekutif & lainnya. Kini, pengguna laptop lebih merata dan lebih
didominasi oleh kalangan anak muda. Hampir dan jarang ditemukan pemilik laptop
tidak mempunyai tas untuk membawa laptop tersebut, selain laptop tas-tas untuk
kebutuhan atau tempat alat olah raga juga saat ini sangat digemari, misal tas
untuk sepatu olah raga dan lain-lain.
Di
pabrik konveksi dalam membuat tas, proses produksinya dikerjakan secara
keseluruhan oleh masing-masing penjahit secara individual. Setiap penjahit
menjahit tas dari menjahit saku tas, badan tas & pemasangan aksesoris
lainnya. Setelah satu tas sudah selesai dikerjakan, penjahit tersebut menjahit
lagi dari awal. Umumnya, proses pembuatan tas tersebut lebih lambat dan
kerapihan produk tergantung pada keahlian penjahit & tim kontrol kualitas
tas yang berpengalaman atau yang lebih dikenal dengan sebutan QC.
Usaha
konveksi tas adalah jenis usaha kreatif masuk dalam kategori kerajinan, desain
dan fashion, usaha ini memerlukan tingkat kreatifitas yang sangat tinggi untuk
menghasilkan produk-produk yang unik dan digemari konsumen. Jika hanya
mengandalkan meniru saja tidak akan bertahan lama dan itu melanggar hukum.
Tingkat keorisinalan dari sebuah produk sangat menentukan laku tidaknya produk
tas di pasaran.
Permasalahan yang dihadapi konveksi
di Indonesia
Ada
beberapa kendala yang musti dihadapi usaha bisnis konveksi dalam negeri.
Berikut adalah kendala kendala yang umum dihadapi oleh para pengusaha konveksi :
1. Produk tekstil
merupakan bahan baku utama dari konveksi. Mutu produk tekstil Indonesia
mempunyai kualitas yang belum dapat menembus pasar bebas yang berselera tinggi
seperti Jepang. Hal ini menyebabkan harga jual per unit produk konveksi dalam negeri
masih rendah.
2. Industri konveksi
masih memiliki ketergantungan pada komponen komponen impor, terutama bila kita
ingin memproduksi produk konveksi dengan kualitas ekspor.
3. Konveksi di
Indonesia saat ini masih berperan sebagai tukang jahit bagi para pemilik merek
internasional. Karena desain, warna dan potongan kain harus sesuai dengan
keinginan sang pemilik merek.
4. Perusahaan konveksi
kecil masih sulit untuk menembus pasar menengah ke atas. Karena pasar tersebut
masih dikuasai oleh produk ekspor dan konglomerat yang menggunakan sistem
monopoli pasar.
5. Tata niaga dalam
pembagian kuota di konveksi masih jauh dari kata rapih.
Untuk
meraih sukses di bidang konveksi memang memerlukan kesabaran yang luar biasa.
Perlu kreatifitas dan keinginan belajar secara terus menerus karena mode akan
terus mengalami perubahan tergantung pergeseran minat pasar. Sehingga inovasi
secara kontinyu sangat diperlukan dalam konveksi. Untuk pemasaran, sebuah
konveksi dapat mengiklankan jasa serta produk miliknya melalui koran atau media
promosi lainnya seperti blog dan juga website. Hal ini seperti yang dilakukan
oleh Pakar Konveksi yang menggunakan weblog dalam meraih minat pasar konveksi.
Menurut
Drs. Antok Agusta dalam SeminarNasional
tentang ‘Cipta, Rasa dan Karsa Industri Kreatif Indonesia di Era MEA 2015’
yang diadakan oleh HIMAPAR (Himpunan Mahasiswa Pariwisata) Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga di Gedung Garuda Mukti Universitas Airlangga Surabaya
pada 3 Oktober 2015 yang lalu, Usaha kreatif adalah salah satu jenis usaha yang
akan tetap bertahan di masa mendatang dimana era MEA (Masyarakat Ekonomi Asia)
sudah diterapkan.Usaha konveksi masuk kedalam jenis usaha Kerajinan dimana
usaha ini membutuhkan tingkat kretifitas yang tinggi dari pelaku usahanya,
jenis usaha kerajinan terbilang cukup bisa survive
/ bertahan pada masa ekonomi Indonesia yang tidak stabil pada masa lalu
(1997-1999). Usaha kreatif kuncinya adalah keorisinilan ide, jadi dalam usaha
kreatif produk hasil dari ide-ide yang orisinil atau asli bukan hasil tiruan
atau menjiplak, produk tersebutlah yang akan laku dan semakin dicari oleh
konsumen.
Masih
menurut Drs. Antok Agusta, usaha kreatif sendiri terbagi dalam beberapa sektor
yaitu :
-
Periklanan
-
Arsitektur
-
Pasar barang seni
-
Kerajinan
-
Desain
-
Fashion
-
Fotografi
-
Permainan interaktif
-
Musik
-
Seni Pertunjukan
-
Penerbitan / Percetakan.
c.
Rumusan
Masalah
Diluar
permasalahan usaha konveksi di Indonesia
yang sudah dijabarkan pada
pembahasan sebelumnya, permasalahan nyata yang dihadapi usaha konveksi CALISTA
milik Bapak Romadhoni adalah soal
lamanya waktu pengerjaan dari produksi tas nya, padahal secara umum bisa
dikatan perusahaan ini mempunyai tenaga-tenaga penjahit yang sudah ahli dan
berpengalaman, juga dari tenaga desain perusahaan ini mempunyai seorang
desainer tas (pembuat pola) yang sudah lama malang melintang di dunia konveksi
tas di Jakarta. Begitupun dengan Bapak Romadhoni, latar belakang beliau sebelum
membuka usaha ini adalah seorang penjahit konveksi tas yang sudah cukup lama
bekerja di beberapa pabrik konveksi di Ibu kota, jadi secara umum perusahaan
konveksi CALISTA ini memiliki sumber daya manusia yang sangat mumpuni untuk
menjalankan usaha ini.
d.
Pembahasan
Proses Produksi Tas di Konveksi
CALISTA
Konveksi
CALISTA tidak pernah ada masalah atau persoalan dalam hal model dari
produk-produknya, setiap tri smester hampir selalu mengeluarkan model tas
terbaru karya orisinal dari CALISTA sendiri, kecuali tas dengan model pesanan
khusus sesuai keinginan pemesan maka pembuatan desainya akan memakan waktu
lebih lama dari biasanya, ini diakibatkan terkadang model yang diinginkan
pemesan perbedaan modelnya dengan model produk dari CALISTA terlalu banyak
perbedaanya sehingga desainer harus membuat desain seperti dari awal lagi
(bukan penyemburnaan dari model sebelumnya). Normalnya untuk membuat 1 desain
model tas dibutuhkan waktu 2 sampai 4 hari, karena proses desain di konveksi
ini memang masih menggunakan sistem manual bukan komputer, bukan karena tidak
mampu membeli komputer tapi karena Bapak Romadhoni menginginkan produk-produk
tas nya dibuat dengan 100% karya tangan kecuali proses penjahitan (aturan ini
agak kolot sih untuk diterapkan di zaman sekarang).
Urutan Proses Produksi
1. Bahan Tas dan
aksesorisnya diperoleh dari Pemasok / Agen kemudian disimpan digudang.
2. Setelah dari gudang
bahan utama (bukan aksesoris) akan di gambar menurut pola.
3. Bahan yang sudah
berpola selanjutnya akan dipotong sesuai garis pola.
4. Potongan bahan
selanjutnya diserahkan ke masing-masing tukang untuk dijahit.
5. Setelah proses jahit
dilanjutkan dengan pemasangan aksesoris-aksesoris tas.
6. Proses finishing
7. Proses kontrol
produk.
8. Pengepakan dan
Pendistribusian.
Dari
bermacam-macam urutan dalam proses produksi, setelah diperhatikan dengan
sekasama proses yang paling lama pengerjaanya adalah dalam tahap penjahitan,
untuk mengerjakan 6 lusin tas diperlukan waktu sampai 8 hari kerja (jam kerja
dari jam 08.00 – 17.00 WIB), ini tentu sangat mengganggu jadual penyelesaian
dari target-target yang ditetapkan dalam perusahaan ini, yang paling
dikhawatirkan adalah jika para pelanggan akan berpindah ke perusahaan konveksi
lain yang bisa mengerjakan pesanan sesuai target waktu yang tentukan. Dalam
kondisi normal (seperti yang penulis lihat sendiri di sebuah perusahaan
konveksi lain) ternyata untuk menyelesaikan penjahitan 6 lusin tas diperlukan
hanya 4 hari kerja saja, inilah yang akhirnya menjadi tanda tanya penulis
kenapa di perusahaan konveksi CALISTA waktu pengerjaan penjahitan bahan terjadi
lebih lama dibandingkan dengan di tempat lain. Beberapa kali penulis melakukan
kunjungan ke konveksi CALISTA dengan maksud ingin mencari tahu apa penyebab dari
lambatnya proses penjahitan di tempat itu. Dan setelah melihat langsung di
lapangan akhirnya diketemukan penyebabnya adalah dari kondisi mesin jahit yang
sudah tua, dan terlalu dipaksakan penggunaanya, tidak pernah dilakukan
perawatan atau maintenance secara berkala, dan juga rupanya mesin-mesin jahit
itu pada saat awal pembelianya 8 tahun yang lalu memang dalam kondisi bekas
atau second hand. Memang pada awalnya faktor tua nya mesin jahit
tidak terlalu merisaukan bagi konveksi ini, tapi seiring waktu dan dengan
semakin bertambahnya usia pakai dari mesin jahit-mesin jahit itu akhirnya
terasa sekali hambatan dalam proses produksi yaitu lamanya waktu pengerjaan
dari tas-tas pesanan para pelanggan.
Beberapa
tukang jahit sempat penulis wawancarai pada tanggal 25 November 2015 rata-rata mereka mengaku sangat terhambat
pekerjaan mereka akibat dari ketidak optimalan mesin jahit bekerja, misalkan
saat mereka sedang bekerja menjahit mengejar target tapi tiba-tiba mesin jahit
ngadat atau macet, itupun mereka harus
memperbaiki sendiri kerusakan yang terjadi bukanya perusahaan yang
menyediakan tenaga mekanik tersendiri yang tugasnya khusus melakukan perbaikan
dan perawatan dari mesin-mesin jahit yang ada, tukang mengeluh terhambatnya
kerja mereka karena diakibatkan oleh kinerja mesin jahit yang sudah tidak
sempurna beroperasi. Dalam hal ini pihak perusahaan harusnya segera tanggap
mencari solusi untuk kelancaran proses produksi di perusahaan. Para tukang
menginginkan ada peremajaan mesin jahit untuk kelancaran pekerjaan mereka dan
rupanya mereka sudah berkali-kali menyampaikan unek-unek ini kepada pimpinan
perusahaan akan tetapi sampai sekarang belum ada tanggapan yang memuaskan. Hal
ini tentu sangat membahayakan bagi posisi perusahaan itu sendiri, jika
persoalan ini dibiarkan terus berlarut-larut sudah pasti para pelanggan akan
meniggalkan dan beralih ke perusahaan konveksi lain yang lebih cepat dalam
mengerjakan pesanan mereka.
Alasan
dari pihak perusahaan tidak segera melakukan peremajaan pada mesin jahit mereka
adalah karena menurut mereka mesin jahit tersebut merupakan mesin yang tangguh
merk “Singer” merupakan mesin jahit dengan spesifikasi terbaik dikelasnya sampai
saat ini, ini alasan yang tidak masuk akal menurut penulis, karena boleh lah
mesin merk itu tertinggi spesifikasi dikelasnya akan tetapi mereka lupa spesifikasi
tinggi tersebut disejajarkan dengan mesin jahit tahun berapa? Tentu percuma
mengandalkan mesin jahit spesifikasi tinggi tetapi itu merupakan mesin tua
(lama) dalam hal usia pemakaian, mereka lupa zaman sudah semakin canggih dan
sudah banyak dipasaran mesin jahit dengan teknologi yang lebih baru
tentunya. Seharusnya pihak perusahaan
jangan menutup mata dengan keluhan atau permintaan dari karyawanya demi
kemajuan perusahaan kedepan.
BAB lll
PENUTUP
Kesimpulan
Melihat
apa yang terjadi di Perusahaan konveksi CALISTA, penulis tergerak untuk
memberikan masukan yang berkaitan dengan terhambatnya proses produksi atau
lambatnya proses produksi atas tas-tas pesanan para pelanggan. Dalam hal ini
dapat dikatakan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak perusahaan juga sebagai
masukan dari pihak luar yang mungkin suatu saat bisa dijadikan pedoman untuk
pengembangan perusahaan konveksi CALISTA itu sendiri.
Proses
produksi berjalan lambat terjadi akibat
dari tidak optimalnya mesin jahit yang mereka pakai saat ini, kondisi
mesin yang sudah tua usia pemakainya dan juga tidak adanya perawatan secara
berkala dari ahli atau teknisi mesin jahit yang khusus dan paham dengan mesin
jahit merk tersebut. Keberadaan seorang mekanik khusus untuk mengerjakan
perbaikan dan perawatan mesin akan sangat membantu kinerja bagi para tukang
jahit. Perusahaan terkesan hanya mencari keuntungan semata, sementara mereka
lupa bahwa ada hal lain yang menjadi penghambat dari kelancaran produksi dari
tas yang mereka produksi tersebut.
Tidak
ada salahnya perusahaan menuruti saran dari karyawanya seperti menyediakan
tenaga teknisi mesin jahit untuk melakukan perawatan secara berkala terhada
mesin-mesin jahit yang ada sehingga diharapkan akan meminimalisir kerusakan
yang fatal, tekadang saran dari karyawan dipandang sebelah mata olehmanajemen
perusahaan, karyawan kurang didengarkan saran dan masukanya oleh perusahaan ini
menjadi salah satu penyebab motivasi kerja karyawan menurun atau tidak semangat
dalam bekerja.
Saran
Demi
kelancaran proses produksi di perusahaan konveksi CALISTA, menurut penulis,
pihak perusahaan dalam hal ini Bapak Romadhoni seharusnya mendengarkan keluhan
karyawanya (tukang jahit) mengenai permintaan peremajaan mesin jahit, sehingga
proses produksi tas di perusahaan ini bisa berjalan lancar dan bisa
menyelesaikan pesanan yang masuk dengan tepat dan cepat. Selain itu perusahaan
juga seharusnya mempunyai seorang teknisi yang ahli tentang permasalahan mesin
jahit, paling tidak sebulan sekali harus dilakukan perawatan berkala terhadap
mesin-mesin jahitnya agar dapat meminimalisir gangguan kerusakan saat mesin
sedang digunakan atau dioperasikan. Penting untuk diingat bahwa karyawan adalah
salah satu elemen penting dalam kelancaran operasional sebuah perusahaan, oleh
sebab itu jangan sepelekan saran dan masukan dari karyawan, tanpa karyawan,
perusahaan tidak dapat beroperasi secara maksimal bahkan mungkin bisa stop
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Google
:
Komentar
Posting Komentar