HUTAN RANDUALAS - Kare, Madiun
Memasuki sekitar Wilangan. Setelah selesai istirahat & Ashar di Masjid
jami Mambaul Huda Wilangan, tiba-tiba terpikir untuk menjelajah jalur Saradan
ke arah selatan menuju Kare - Doengoes - Madiun. Kubuka googlemap mencari jalur terpendek untuk menuju Doengoes via jalur tidak biasa. Kenapa pilih
jalur terpendek, karena saat itu sudah cukup sore 16.39 waktu yg terlihat di
layar Android-ku. Pertama Aku belum pernah lewat jalur ini, kedua Aku sudah tau
gambaran kalau jalur ini akan melalui Hutan, ketiga Aku buta tentang kondisi
jalurnya, keempat jarum penunjuk isi bensin Motor menunjuk ke posisi hanya sisa
1/4 yang ada di tangki babywhite
(panggilanku untuk Mio sporty putih
113cc tahun 2009). Jangan sampai dong
bensin habis ditengah hutan, kondisi malam sendirian. Menurut googlemap jalur terbaik adalah Aku
disarankan untuk belok kiri (selatan) setelah Kantor Imigrasi Madiun yang
lokasi sebenarnya di Caruban (Mejayan). Biasanya jika kita naik bis dari arah
Nganjuk dan ada penumpang yang akan turun disini maka dia akan bilang ke
kondektur “saya turun mbungkus pak”.
Ya lokasi belokan ini namanya Mbungkus.
Tidak jauh dari gapura penunjuk batas masuk kota Caruban.
Segera berkemas dan Aku jalan lagi setelah yakin dengan saran yang diberikan
googlemap. Babywhite melaju memasuki hutan saradan yg sore itu sangat
lengang, tidak ramai. Dulu sebelum ada tol transjawa, jalur hutan Saradan ini
seperti menjadi momok yang menakutkan untuk para pengendara. Karena di hutan
Saradan ini kalau ada 1 saja kendaraan besar (Truk) yang bermasalah, sudah
pasti akan menimbulkan kemacetan. Dan itu biasa terjadi kapan saja, tidak
mengenal waktu. Bisa macet berjam-jam efeknya. Aku melaju agak terburu, setelah
melewati gapura batas masuk kota Caruban, babywhite
lalu kupelankan lajunya sambil melipir
untuk ambil sisi kiri. Terlihat kantor Imigrasi Madiun dan Aku belok kiri
memasuki jalan yg tidak selebar jalan raya dari Sidoarjo - Nganjuk - Saradan yg
barusan kurang lebih 2,5 jam lalu Aku lewati. Itupun sudah termasuk waktu terbuang
sekitar 30 menitan ketika harus mutar-muter di Jombang tadi, Kesasar. Niatnya
lewat tengah kota jombang biar bisa langsung lurus via Ngrandu - Perak -
Kertosono tanpa melewati jalur lingkar selatan stasiun Jombang yang terakhir
Aku melewati beberapa hari lalu kondisinya sedang rusak. Malah nyasar dan tetap ketemu stasiun Jombang.
Aku dari arah tengah kota Jombang. Karena niat awalku untuk tidak lewat jalur
lingkar itu, Akhirnya Aku ambil jalur lurus menyeberangi rel (jomplangan sepur sebelum stasiun
Jombang). Jalur arah Pare - Kediri. Jalurnya bis medium Puspa Indah dan Bagong.
Setelah melewati jomplangan sepur, kurang lebih 1,5 km dari jomplangan sepur, Aku belok kanan
mengikuti petunjuk papan arah bertuliskan nama 2 kota yang Aku ingat salah
satunya Surabaya, nama kota satunya Aku tidak ingat). Melaju melewati
sawah-sawah atau kebun tebu hampir 15 menit, Aku baru sadar matahari kok ada
disisi kananku. Seharusnya ia ada di depanku karena tujuanku ke arah barat
menuju Kertosono. Saat itu hari sudah menjelang sore. Aku berhenti dan mecari
siapa saja yang bisa untuk ditanyai arah yang benar menuju Kertosono. Setelah
putar balik dan 2x bertanya ke bapak yang naik motor Vega tadi dan mas supoltas
di perempatan tengah sawah, akhirnya Aku bisa menemukan jalan raya Perak -
Jombang yang bersisian dengan rel itu. Aman.
Jalan perkampungan yang disarankan googlemap
sore itu masih cukup ramai lalu lalang orang berkendara. Aku terus melaju
mengarah selatan menyebrangi rel kereta api menuju Desa Darmorejo sampai ketemu
dengan jembatan yang berada di pertigaan jalan Caruban – Gemarang sesuai arahan
map. Aku belok kiri mengikuti jalan arah Gemarang, kalau ke kanan akan kembali
menuju Caruban. Mengikuti jalan kea rah Gemarang sampailah di jalan bercabang
(Y) di pasar Gemblung yang dibelakang pasarnya tidak jauh terdapat Kuburan Cina. Aku mengikuti arahan
googlemap untuk mengambil jalur lurus ke Jl. Nangka, tidak ke kiri arah
Gemarang. Ada papan penunjuk jalan dengan tiang pipa besi stainlees bertulis
“Masuk Desa Blabakan”, jalur itu yang Aku ambil, menuju desa Blabakan. Hari pun sudah mulai gelap. Jalanan mulai
menanjak mendaki dan mulai sepi. Hanya sesekali berpapasan dengan motor dari
arah berlawanan. Beruntung kondisi aspal untuk ukuran jalan desa disini
sangatlah baik, mulus. Setelah melalui beberapa Desa dan persawahan, sampailah
Aku diujung jalan desa yang berbatasan dengan hutan, ada sebatang bambu
berukuran tidak terlalu besar yang panjangnya perkiraanku 6 meter, digunakan
sebagai portal. Mungkin pada waktu-waktu tertentu portal itu ditutup. Melewati
portal itu jalanan sudah sangat sepi, Aku melaju tenang dan agak cepat memasuki
area hutan. Jalanan hutan itu tidaklah lebar, sehingga sengaja Aku ambil tengah
jalan untuk melaju dengan babywhite.
Sepi sekali hutan itu, jalanan mulai berkelok, pada kelokan pertama hampir saja
motorku turun ke bahu jalan yang rumput-rumput itu, Aku terlalu melebar saat
menikung karena kecepatan lumayan tinggi dan belum tahu medan di tikungan itu.
Beruntung masih sempat menarik tuas rem kanan & kiri pelan berbarengan
sehingga babywhite masih bisa Aku
kendalikan. Beberapa belokan memang cukup curam, belajar dari kejadian pertama
tadi, laju babywhite pun aku
pelankan. Aku melewati jalanan hutan itu sekitar 40 menit, sendirian
benar-benar sendirian, tidak ada sama sekali berpapasan atau yang menyalip
motorku. Cukup seram sih. Ketika didepan kejauhan sudah terlihat lampu dari
rumah-rumah penduduk, Aku sangat senang. Sebentar lagi akan memasuki
perkampungan, batinku. Jalanan terus menanjak sampai memasuki perkampungan, Aku
terus melaju memaksa babywhite untuk
berlari kencang dengan sisa bensin yang ada, tiba-tiba terasa tetesan air entah
dari mana datangnya, semakin terasa banyak air tetesan itu mengenai tanganku,
hujan!. Dengan panik Aku terus melaju melalui jalanan menanjak itu, kanan kiri
sambil melihat kira-kira ada tidak tempat untuk berteduh. Beruntung didepan
sebelah kanan terlihat ada Mushola (belakangan ternyata baru Aku tahu itu
ternyata Masjid, setelah Aku masuk kedalam baru mengetahuinya. Namanya Masjid Al
Ikhlas, Gempol kulon, Kare), Aku belokkan babywhite
ke arah pelataran Masjid itu, mencari tempat untuk parkir yang sekiranya ada
atapnya, dan ternyata ada, disisi selatan ada bangunan beratap tanpa dinding
yang Aku yakin difungsikan untuk tempat parkiran, dekat dengan tempat wudhu.
Bergegas segera Aku melepas jaket, helm dan sepatu lalu memasuki masjid, ambil
wudhu dan segera duduk di garis shaf tengah. Hanya ada seorang bapak yang tadi
Adzan & Aku didalam masjid itu, jama'ah lain belum datang. Selang beberapa
menit bapak bapak lainpun datang sekitar 8 orang, tidak lama Iqamah
dikumandangkan dan satu orang bapak segera berdiri didepan sebagai imam. Kami
sholat maghrib berjama'ah, Alhamdulillah.
Perjalan berlanjut setelah mampir di Masjid untuk
sholat dan berteduh tadi. Hujan sudah reda, babywhite melaju terus menyusuri jalan yang masih menanjak, tidak
lama, belum terlalu jauh jaraknya dari Masjid Al ikhlas tadi, Aku melihat
gapura batas desa berbentuk plengkung. Aku mencoba membaca tulisan diatas
gapura tersebut, tidak berhasil melihat tulisan karena jarak yang masih jauh
dan cukup tinggi mungkin, juga gelap, begitu sampai tepat dibawah gapura itu
Aku berhenti untuk memastikan tulisan apa (nama desa apa) yang baru dan akan
Aku lewati, ternyata polos, tidak ada tulisan apa-apa. Aku berjalan ke depan ke
sisi sebelah dari arah berlawanan dengan arahku dan ternyata ada tulisan di gapura
itu, lumayan besar. RANDUALAS. Lega, akhirnya bisa melihat tulisan batas desa
diatas gapura tersebut, lega, karena ternyata Aku baru sadar dan ngeh 1 jam yang lalu berhasil melewati
jalur hutan randu alas yang sore itu sangat sepi dengan selamat, Aku pun melanjutkan perjalanan terus
keatas mengikuti petunjuk googlemap.
Tidak lama didepan terlihat bangunan besar dengan lampu-lampu yang cukup terang
di sisi kanan jalan, ternyata itu bangunan sekolah Madrasah Aliyah Kare. Aku
sudah memasuki wilayah Kare, babywhite
aku pelankan lajunya. Tidak jauh dari MA Kare ada Puskesmas Kare, yang malam
itu juga nampak cukup terang lampu-lampu di bangunanya. Akhirnya Aku memasuki
pertigaan yang cukup ramai, banyak toko-toko, ada bangunan semacam kantor bank
sepertinya, BMD itu yang aku lihat tulisan besar di bagian depan bangunan itu,
ada juga pom mini di seberang BMD tadi, segera kuarahkan babywhite menuju pom mini itu untuk mengisi pertalite ke tangkinya.
Ada warung sate, ada warung roti bakar tapi Aku lebih tertarik untuk
mengarahkan babywhite ke warung
angkringan di sisi barat pom mini, babywhite
kuparkir didepan angkringan dan segera kupesan teh panas. Ini pertigaan kota KARE
men!, salah satu kota kecamatan yang berada di puncaknya Madiun, pantas hawane Adem!
Komentar
Posting Komentar