Bis Putra Ginanjar pun melanjutkasn perjalanan kembali menuju Purwokerto, medan jalan dari Randudongkal ke selatan yang mulai banyak tanjakan menjadi rute yang harus ditaklukan oleh mesin type COLT PS mitsubishi yang sudah tidak muda lagi, jumlah penumpang tidak bertambah masih tetap sama seperti saat kami mulai naik dari Pemalang tadi, perjalanan kali ini lsju bis tidak terlalu ngoyo seperti tadi sewaktu dari pemalang, pak sopir kali ini cenderung main halus dengan melaju sekitar 40/50 KPJ saja, nampak di kanan kiri pemandangan hijau sawah dan dikejauhan terlihat bukit yang juga menghijau di kaki gunung Selamet, hawa sejuk daerah pegunungan dapat saya rasakan meskipun dari dalam kabin bis. Memasuki terminal Bobotsari bis kembali berhenti untuk ngetem, tidak lama hanya sekitar 15 menit dan kembali melanjutkan perjalanan, saya sendiri sempat turun tadi di terminal Bobotsari untuk ke kamar kecil, maklum kalau hawa dingin saya biasanya jadi beser hehe..
Kami bertujuh pun melanjutkan perjalan menuju terminal Bulupitu, dengan naik bis tuyul warna merah , tarif yang diminta oleh kondektur sebesar 3000 rupiah untuk satu orang, hanya memerlukan waktu tempuh sekitar 20 menit kamipun sudah tiba di terminal Bulupitu sekitar jam 15.30 wib, tampak banyak terparkir bis bis jurusan Jakarta, ada
Dewi Sri, Sinar Jaya, Dedy Jaya, Murni Jaya, Putri Jaya ada juga bis jurusan Bandung dan tasik
Aladin dan
Budiman yang terparkir di area terminal Bulupitu saat itu. di terminal Bulupitu tempat pertama yang kami tuju adalah loket penjualan tiket bis
Efisiensi jurusan Yogyakarta, kami memilih jam keberangkatan jam 19.00 dari Bulupitu, dengan pertimbangan biar ada waktu yang lama untuk mandi dan sekedar jalan-jalan santai menikmati suasana terminal Bulupitu terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Beres dengan urusan membeli tiket Efisiensi selanjutnya kamipun keliling menikmati suasana terminal Bulupitu yang megah ini, tidak lupa ritual foto-foto juga kami jalankan dengan mengambil latar belakang bis
Efisiensi yang sedang parkir menunggu jam keberangkatanya menuju Yogyakarta, selesai foto-foto sambil menunggu jam keberangkatan yang masih sekitar dua jam lagi saya pun mandi di toilet terminal, demikian juga dengan yang lain semua menyempatkan mandi sore di toilet terminal yang menurutkabar burung menyandang sebagai terminal terbaik tahun 2015 ini. Tidak banyak kegiatan yang kami lakukan setelah selesai mandi, hanya duduk-duduk di kursi panjang tempat calon penumpang menunggu jam keberangkatan bis, saya sempat memesan secangkir kopi hitam untuk mencoba mengusir rasa kantuk yang sedikit menyerang, sambil menikmati kopi hitam sambil duduk santai menyaksikan lalu lalang orang-orang di terminal, ada sedikit tragedi ketika tiba-tiba joseph yang baru keluar dari toilet tidak sengaja menyampar kopi, tumpahlah si kopi.
 |
Tiket Efisiensi, Pwt - Yogya 60K |
 |
Eksis lagi.. |
 |
Santai.. |
Jam keberangkatan bis pilihan kamipun tiba,
crew Efisiensi menyampaikan info keberangkatan sekitar 2 menit sebelum pukul 19.00 wib, kami bertujuh segera naik ke bis dengan corak warna yang
ngejreng ini, sesuai dengan saat pemesanan tiket tadi, saya memilih tempat duduk paling belakang sisi kiri dekat kaca [tempat duduk favorit]. Bis pun perlahan bergerak mundur keluar dari shelter untuk selanjutnya berjalan maju terus menuju pintu keluar terminal dan mulai membelah jalanan menuju Yogyakarta malam itu, suhu dingin AC didalam kabin Efisiensi cukup membuat menggigil badan ini, tidak lama rasa kantukpun menyerang dan tidak ada kemampuan lagi untuk menolak, sayapun tertidur [#bobobis], entah dengan keenam teman saya yang lain apakah mereka juga tertidur atau tetap terjaga saya tidak tahu, karena kebetulan saya duduk di seat paling belakang berbeda dengan mereka yang memilih duduk di seat agak tengah. Saya terbangun karena silau oleh lampu kabin yang tiba-tiba dinyalakan oleh crew, terdengar si crew memberi info bahwa bis sebentar lagi memasuki
rest area Efisiensi Kebumen dan akan istirahat sebentar [30 menit], saya dan para penumpang lain pun bersiap-siap untuk turun ketika bis mulai membelok kanan keluar dari badan jalan raya Kebumen- Yogyakarta dan memasuki
rest area. Saya turun dan mencari toilet, sementara itu terlihat Rendi Gedank menuju mini market yang terletak di sebelah bagian selatan komplek bangunan rest area tersebut, kalau tidak salah itu dekat dengan pintu masuk Garsi tempat bis-bis Efisiensi lain menginap. Selesai dengan urusan di toilet saya hanya duduk-duduk di kursi yang ada di rest area, rasa kantuk membuat saya ingin rasanya cepat-cepat segera masuk ke bis dan melanjutkan tidur saja, tapi teman-teman dan penumpang lain masih berada diluar bis semua, jadi saya pun enggan untuk masuk ke dalam bis duluan, biarlah menahan kantuk sambil duduk-duduk saja di kursi ini, begitu pikir saya. Ketika crew mengumumkan kalau bis akan segera melanjutkan perjalanan saya pun segera saja masuk ke bis dan duduk di tempat semula dan langsung melanjutkan tidur dan terbangun lagi-lagi gara-gara silau karena lampu kabin bis yang dinyalakan oleh
crew, dan
crew mengumumkan kalau sebentar lagi bis akan sampai di Ambarketawang, dimana untuk penumpang tujuan tengah kota akan turun dan dilayani dan diantar melanjutkan ke tengah kota menggunakan Shutle bus Efisiensi, kami pun bersiap untuk turun, bis melanjutkan perjalananya menuju terminal Giwangan sebagai tempat pemberhentian terakhirnya.
 |
JOGJA.. |
Di lokasi penurunan Ambarketawang telah tersedia dua unit shutle bus [elf long chasis] berlivery Efisiensi dengan dominasi warna hijau, shutle bus tersebut disediakan untuk penumpang tujuan Bandara dan tujuan ke tengah kota Yogyakarta, kami segera masuk ke shutle bus yang telah disediakan. Tidak butuh waktu lama untuk mencapai tengah kota [tujuan kami adalah Jl. Malioboro], sesampai di pemberhentian di depan Jl. Malioboro [perempatan antara Jl. Pasar kembang dan Jl. ABA, di depan pelintasan KA] kami segera turun dan muter-muter jalan kaki, maksudnya sih hendak cari angkringan yang ada kopi joss yang melegenda itu, jalan kaki malam-malam di jogja [ke arah utara menuju jalan disberang rel / Jl. Wongsodirjan] mencari angkringan di malam minggu di jogja itu ternyata tidak mudah, dan tidak menemukan angkringan yang diinginkan, karena rata-rata angkringan saat itu penuh dan stock camilanya sudah pada habis, nyari yang masih ada nasi kucingnya saja untuk paling tidak 6 orang eh tidak ada, kami pun putar arah menuju Jl. Malioboro dan menuju Jl. Dagen, menyusuri Jl. Dagen pun tetap tidak menemukan angkringan yang masih komplit makananya, tidak putus asa, kami terus berjalan kaki menuju Benteng melalui jalan yang tidak biasa, tidak melalui Jl.Malioboro, tapi melalui Jl.Gandekan terus ke selatan dan belok kiri menuju Jl.Pajeksan sampai tembus lagi di Jl.Malioboro dan terus jalan ke selatan sampai depan Gereja GPIB Marga Mulya yang dekat dengan Mirota Batik, beruntung tepat di seberang Gereja nampak ada warung Angkringan yang masih lengkap makananya, tanpa pikir panjang kamipun segera merapat ke warung Angkringan tersebut pesan minuman dan makanan sepuasnya, sedikit mengajak berbincang dengan Ibu warung tersebut dan menanyakan jam berapa warungnya buka kok jam segini masih banyak makananya, si Ibu menjawab katanya Beliau memang setiap hari buka warung Angkringan di tempat tersebut mulai pukul 23.00 sampai pagi [subuh], pantas saja saat kami tiba di warungnya itu [sekitar pukul 00.00] makanan yang tersedia masih banyak karena belum lama si Ibu memulai jualanya hari itu.
 |
Eksis di pinggir Rel |
16 Agustus 2015
Yogyakarta
 |
Maem sego kucing tengah Malam |
Kami masih duduk-duduk sambil bercanda setelah selesai menyantap
sego kucing dan cemilan lainya di tengah malam itu, seperti biasa Mbah Min pun tertidur lebih dulu, sampai ada insiden dimana ada pengamen waria 2 orang yang melintas dan mengamen di depan kami duduk, tiba-tiba ide usil kami muncul dan menyuruh salah satu waria untuk membangunkan Mbah Min, sayang sekali Mbah Min tidak bangun padahal si waria sudah nyanyi dengan suara falsnya dan sambil joget-joget tepat di depanya tapi tetap tidak bisa membuat Mbah Min bangun, mungkin dia terlalu lelah. Saya sendiri masih tahes tidak ngantuk sama sekali ketika akhirnya semua sepakat untuk beranjak dari warung Angkringan itu, selesai membayar semua apa yang kami makan, kami melanjutkan berjalan kaki menuju bangku-bangku beton yang ada di trotoar di depan Gedung Agung Yogyakarta, Bangku dari beton ini dulunya terbuat dari besi entah sejak kapan tepatnya sekarang sudah berganti menggunakan beton, mungkin pertimbanganya biar mudah dan murah perawatanya, karena jika mempertahankan bangku dengan bahan besi pasti harus rutin dicat ulang untuk menghindari karatan, secara itu bangku-bangku penempatanya diluar ruangan, kena hujan dan panas setiap hari. Saya masih inget beberapa tahun yang lalu ketika bangku-bangku itu masih berupa bangku besi, pernah sore-sore duduk lama dengan orang tersayang, sempat foto-foto juga di salah satu bangku itu berdua ngobrol sampai lupa kalau sekeliling ternyata sudah gelap larut malam. [semoga dia masih mengingatnya..].
 |
Sleep on the RED CARPET |
Hawa dingin dini hari kala itu lumayan membuat menggigil, saya masih duduk di salah bangku beton di trotoar itu, sementara teman-teman yang lain sudah mulai rebahan di Panggung berkarpet merah yang saya yakin dipersiapkan untuk gelaran Upacara Bendera 17 Agustus besok di pelataran Gedung Agung. Panggung berkarpet merah tersebut dibuat menghadap kedalam pelataran Gedung Agung, dengan ukuran cukup lebar mungkin bisa muat kurang lebih 50 kursi untuk tamu kehormatan yang diundang untuk mengikuti Upacara. Hanya saya dan Rendi Brewok yang bertahan melawan kantuk saat itu, Rendi Brewok sendiri akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan sendiri ke arah Nol Kilometer, katanya untuk membuang rasa kantuk biar dibawa jalan kaki saja, sedangkan saya tetap duduk di bangku beton sambil main-main hp, ketika akhirnya saya pun tertidur sambil duduk, saya tidak sadar dan terbangun karena kaget saat ada bapak petugas kebersihan yang membangunkan dengan maksud meminta izin akan menyapu bagian trotoar yang tepat berada di bawah bangku beton tempat saya duduk saat itu, saya pun terbangun karena saat itu suasana pagi subuh disekitar juga sudah mulai ramai lalu lalang orang, saya pindah ikut naik keatas Panggung dan duduk saja tidak ikut tidur seperti teman yang lain yang sampai saat itu masih terlelap dalam tidur masing-masing. Sekitar jam 06.00 pagi barulah mereka semua terbangun dan ada insiden dimana Sandal si Danang hilang! semua panik mecoba membantu mencari sandal yang hilang itu, tapi nihil tidak ditemukan. Mungkin semalam sewaktu mereka semua tertidur ada maling yang keliling mencari sasaran dan melihat sandal Danang yang lepas dari pantauan, akhirnya disikatlah itu sandal oleh maling tersebut.
 |
Menikmati sarapan setelah mandi di ponten umum |
Pagi itu harus segera mandi rasanya, karena rasa gerah sudah mulai menyerang, kami bertujuh segera beranjak dari Panggung berkarpet merah, dengan berjalan kaki kami menuju arah utara menyusuri Jl.Malioboro, tujuan kami adalah menuju Toilet umum di seberang pintu masuk Jl.Sosrowijayan, toilet itu berada di samping Masjid / Mushola Baitul Muslim Ashidiq [sisi timur jalan], segera kami mandi bergantian [sayang sekali tidak ada yang ambil gambar saat momen ini hihi], selain mandi kami juga nitip
ngecharge hp kami dengan biaya 3000 rupiah sekali
ngecharge . Selesai mandi tujuan kami selanjutnya adalah sarapan, warung angkringan di pertigaan Jl.Perwakilan menjadi tujuan kami, saya mengusulkan makan disitu karena dengan pertimbangan pernah makan sarapan di tempat itu dan lokasinya sangat strategis. Selesai sarapan kita semua bertujuh jalan kaki lagi menyusuri Jl.Malioboro kali ini mengarah ke selatan atau kembali lagi ke sekitar Benteng, sementara terik matahari minggu pagi itu mulai membuat gerah juga rasanya, di depan Benteng kami duduk di rerumputan di samping Lokomotif tua yang sudah dijadikan monumen, salah seorang teman kami yang kebetulan asli Jogja [Pamungkas] mengkonfirmasi kalau dia mau menyusul ke Benteng dengan niatan mau Balik ke Surabaya bareng dengan kami, benar saja sekitar 30 menit menunggu sambil duduk dan ada juga yang tiduran di rumput, akhirnya Pamungkas pun datang dan segera bergabung bersama kami ikut duduk-duduk di rerumputan, bahkan akhirnya dia mengajak Danang dan Imam untuk masuk kedalam area Benteng, saya sendiri tiduran di rumput sampai ketiduran beneran malah beberapa saat.
 |
Klesotan di depan Benteng |
Tepat pukul 10.00 wib, kami sepakat untuk beranjak dari tempat itu, tujuan kami selanjutnya adalah menuju terminal bis Giwangan, dengan menggunakan
Trans Jogja kami pun menuju Giwangan. Trans Jogja yang kami naiki saat itu tergolong istimewa, Bapak pengemudi Trans Jogja menyetir ala bawa angkot salip kanan salip kiri dan cenderung ugal-ugalan, saya sendiri kaget ternyata begini Trans Jogja ya cara jalanya, kondisi kabin
Trans Jogja bermesin Hyundai kalau tidak salah sudah kacau, acak-acakan di beberapa bagian bahkan pintu masuk penumpang yang tadinya otomatis membuka / menutup sendiri ternyata sudah tidak berfungsi, jadi pintu dibuka dan ditutup manual oleh Ibu kondektur setiap
Trans Jogja berhenti di Halte untuk menurunkan atau menaikkan penumpang, saya yakin kondisi AC bis tersebut juga sudah tidak normal, buktinya hawa didalam kabin sangat panas! ini yang paling mengganggu. Semoga kedepanya ada peremajaan unit
Trans Jogja biar penumpang merasa nyaman. Sampai di terminal Giwangan sekitar pukul 11.45 wib, kami segera menuju shelter bis keberangkatan tujuan Surabaya, niat kami sih ingin naik PATAS saja, saat itu di shelter keberangkatan PATAS sudah terparkir bis
EKA, kami mengabaikanya dan menuggu
Sugeng Rahayu, tidak lama bis yang kami tunggu pun datang, kami segera naik tidak apa-apa ikut ngetem agak lama di shelter yang penting kami bisa ngadem di dalam, karena cuaca diluar saat itu sangat terik [tengah hari jam 12 an].
 |
SR by Golden Star |
 |
Tiket SR Patas , Yogya - Sby 100K |
|
 |
Service makan di RM UTAMA Caruban |
Perjalanan pulang menuju Surabaya pun dimulai, dengan naik
Sugeng Rahayu PATAS [Line Sby-Madiun-Solo-Yogya-Cilacap] W7148UZ [dari 6 bis yang kami naiki selama turing mbambung ini hanya bis SR inilah yang Nopolnya masih saya ingat huihihi] , saya duduk diseat tengah berdampingan dengan seorang Bapak yang baru menjenguk cucunya di Yogya dan akan pulang ke Surabaya, tidak banyak obrolan diantara kami sampai akhirnya saya pun tertidur [lagi lagi #bobobis], dan baru terbangun setelah bis rupanya sedang nunggu jam di Tirtonadi, saya terbangun karena suara berisik dari penjual kripik usus yang ternyata masuk kedalam bis menjajakan daganganya, saya pun beli dua bungkus kripik usus yang dijajaknya, buat camilan ringan. Tidak berapa lama bis pun melanjutkan perjalanan, saya masih kuat terjaga sampai bis memasuki daerah palur, setelah itu kembali saya tertidur lagi dan baru terbangun karena perut ini benar-benar kelaparan, saat itu posisi kami sudah di daerah Ngawi, alhasil sepanjang perjalanan dari Ngawi - Maospati - Madiun - Caruban saya tidak bisa tidur, karena kelaparan. Sesampainya di RM Utama saya cepat-cepat saja menuju toilet untuk kencing, dan segera masuk kedalam RM untuk antri mengambil makanan yang disediakan secara swalayan [prasmanan]. Saat selesai makan di RM Utama dan bis melanjutkan perjalan kembali, hari sudah mulai Gelap jadi sayapun tertidur kembali dan baru terbangun setelah bis sudah sampai daerah bypass Krian, tidak lama lagi kami akan turun di Terminal Purabaya Bungurasih.
Selesai.
Thanks to dulur-dulur yang terlibat dalam perjalanan ini :
- Kak Joseph
- Mbah Min Fuad
- Rendi Gedank
- Rendi Brewok
- Imam D Iwes
- Danang
- Pamungkas
Ayo kapan kita turing lagi..
Komentar
Posting Komentar